Kesadaran-Keikhlasan-Kemudahan

H. Teguh Susilo, S. Hum

Nabi Muhammad SAW bersabda: Sesungguhnya Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuh umat manusia dan tidak pula melihat ketampanan wajahnya, tetapi Allah melihat keikhlasan hati hambaNya.” (HR. Muslim).

“Satu keberhasilan ikhlas yang disengaja akan memberikan pemahaman berserah diri yang nyata dan tak tergoyahkan”.

“Aku harus ikhlas.” atau “Sudahlah, kamu ikhlas saja.”

Kalimat-kalimat seperti diatas sangat sering kita dengar, bahkan kita ucap. Tapi, apakah sudah kita pahami makna keikhlasan itu?

Ikhlas ditinjau dari sisi bahasa berasal dari kata khalusho, yaitu kata kerja intransitif yang bermakna bersih, jernih, murni, suci atau bisa juga diartikan tanpa noda atau campuran. Ikhlas menurut bahasa berarti sesuatu yang murni tidak tercampur dengan hal yang bisa merubahnya. Dalam al qur’an disebutkan:

“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami beri minum dari apa yang ada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang yang meminumnya.” (Q.S. An Nahl: 66)

Pada ayat diatas Allah SWT telah memberikan pelajaran bagi kita lewat hewan ternak. Betapa dia telah memisahkan susu dari campuran kotoran dan darah, padahal ketiganya berada dalam satu wadah yang sama yaitu perut. Demikian pula makna ikhlas, yakni sesuatu yang bersih dan murni dari segala campuran. Dikatakan bahwa madu itu murni jika sama sekali tidak dicampur dengan campuran dari luar. Ikhlas itu bening seperti embun yang selalu hadir setiap pagi. Begitu tinggi nilai keikhlasan hingga ditetapkan bahwa keikhlasan dalam beribadah adalah kunci diterimanya ibadah manusia.

Seorang hamba yang ikhlas memiliki kekuatan ruhiyah yang besar, seakan menjadi pancaran energi yang melimpah. Maka bukanlah kesabaran jika masih berbatas dan bukanlah keikhlasan jika masih merasa sakit hati. Kebaikan kita mungkin akan dilupakan orang, tapi tetaplah berbuat dengan ikhlas. Perbuatan yang ikhlas itu ada diantara kita dan Allah. Jika ikhlas, pahit maupun manis suatu pekerjaan, semangat maupun malas, gembira maupun sedih, anda akan selalu melakukannya. Maka sungguh beruntung mereka yang amalnya ikhlas karena Allah, sehingga dia selamat dari tujuan selain Allah dan terjauh dari tujuan duniawi. Jika kamu berbuat dengan ikhlas, maka itu akan kembali pada dirimu sendiri.

Allah tidak memandang amalan yang banyak, tapi Allah melihat amalan yang ikhlas, sedangkan ikhlas itu rahasia Allah. Hanya Allah yang tahu. Bila kita ilustrasikan, keikhlasan mempunyai kilau dan sinar, meskipun ribuan mata tidak melihatnya. Keikhlasan itu umpama semut hitam diatas batu hitam dimalam yang amat gelap. Wujudnya ada walau tak terlihat.

Karena sifatnya yang tersembunyi, keikhlasan kadang terlihat jauh dari jangkauan. Namun begitu, menggapainya bukanlah hal yang mustahil, walau tidak bisa dikatakan mudah. Tiada kata menyerah untuk meraih keikhlasan dan kebahagiaan. Hati yang ikhlas tidak akan silau dengan pujian. Secara khusus Imam Al Ghazali menyebut bahwa ikhlas adalah sebuah keharusan.

“Semua orang binasa kecuali yang berilmu. Semua yang berilmu binasa, kecuali yang beramal. Semua yang beramal binasa kecuali yang ikhlas.”

Sekarang kita sampai pada titik tanya, dimana kita cari keikhlasan? Dan jawabannya sederhana, dalam diri kita sendiri. Ikhlas adalah software yang secara fitrah sudah ada dalam diri kita bahkan sejak bayi. Ikhlas memiliki tempat tersendiri dalam diri (Zona Ikhlas). Sebuah keajaiban terjadi karena ketika seseorang ikhlas berserah diri, sesungguhnya ia sedang menyelaraskan pikiran dan perasaannya dengan kehendak Ilahi. Hal itu menghasilkan kolaborasi niat yang luar biasa pada level kuantum di zona ikhlas. Saat itulah, terjadi kemudahan dari Allah. Sering kita sebut keajaiban, seolah otomatis hadir dalam hidup kita.

Segala kemudahan yang didapat dari keikhlasan yang kita akses tidak mungkin dapat dirasakan jika kita tidak memiliki kesadaran yang cukup. Kita hanya akan menganggapnya sebuah kebetulan. Karena itu, ketika seseorang secara sadar menggunakan keikhlasan dalam setiap tatanan kehidupannya, berbagai kemudahan seakan mengalir tanpa hambatan. Dan kesadaran inilah yang menjadikannya ketagihan menggunakan ikhlas sebagai kekuatan.

Maka alangkah tepat ketika As Syahid Hasan Al Banna berucap:

“Ikhlas itu kunci keberhasilan. Para salafus salih yang mulia tidak menang kecuali karena kekuatan iman, kebersihan hati dan keikhlasan mereka.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like

Senam Pagi Mingguan Santri Pondok Modern Al-Barokah

  العقل السليم فى الجسم السليم ,Salah satu filsafat yang selalu didapati…

Taharrak Fa-Inna Fil Harakati Barakah

 AYO OLAHRAGA………….   Taharrak Fa-Inna Fil Harakati Barakah (Bergeraklah, karena setiap gerakan…