Praktek Mengajar Perdana Santriwati Pondok Pesantren Al-Barokah Nganjuk

PEMBUKAAN TARBIYAH AMALIYAH (PRAKTEK MENGAJAR) KELAS 6
Senin, 4 Maret 2019/26 Jumadil Tsani 1440 H

Menerima apa yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada kita semua lalu mengembangkan apa yang dikaruniakan itu sehingga kita mampu mengoptimalkan secara maksimal totalitas rasa syukur menjadi kualitas amal. Amal adalah perbuatan yg dilandasi niat ta’abud kpd Allah SWT, niat ibadah thalabu-l-‘ilmi. Niat adalah hal yang paling besar dan penting. Bagi kami, santri harus bersyukur ketika mulai diterima menjadi santri di pondok. Maka harus kalian syukuri, beruntung, karena keuntungan pertama bagi santri ketika dia di pondok ini duduk di kelas 1 menerima dan mengikuti segala program seperti PKA.
Di pondok itu ada istilah khusnul khotimah. Banyak cara Allah SWT mengatur kehidupan kalian. Secara akademik misalnya. Ada mungkin dulu berada pada urutan yang paling ujung, dari akademik tidak pernah meningkat. Padahal ada nasehat dan nilai ajaran bagi setiap santri disini. Ketika kalian duduk di kelas 6, bukan berarti tidak ada masalah. Tentu masing-masing punya sejarah punya catatan. Maka ada orang yang dihargai bukan karena kepandaiannya tapi karenaa akhlak, moral, disiplin dan sikap. Maka menjadi orang pintar memang baik, tapi lebih baik tidak menjadi pintar tapi menjadi orang baik. Karena banyak yg merasa pintar tapi tidak bermoral dan berakhlak. Maka pahami istilah khusnul khotimah. Meski tidak terlalu pandai, tapi memiliki karakter dan pribadi yang baik. Khusnul khotimah ada kaitannya dengan khusnu-s-sairi. Dimana-mana itu surat keterangan atau kelakuan baik menjadi penting. Kenapa? Ternyata orang dihargai karena akhlaknya. Ketika kelas 1 tidak mengerti apa-apa tapi sungguh-sungguh mempelajarinya itu adalah tahapan yang luar biasa. Kelas 1 yang sungguh-sungguh bisa kelak menjadi ulama, petinggi masyarakat. Bagaimana kalau kelas 6? Sudah ada ushl fiqh, tarbiyah amaliah. Santri itu dididik dan diarahkan agar berubah dari kosong mempunyai isi. Dari yang tidak bisa apa-apa menjadi bisa apa-apa. Sangat menyedihkan ketika sudah belajar, di ujung, berada di jalan yang mendekati terminal. Dimana kalian harus menyelesaikan tugas pokok ini. Maka sungguh rugi bagi mereka yang menutup sejarah pondok ini. Maka rugi bagi yang menutup kehidupan di pondok ini dengan su’u-l-khotimah. Ketika kalian duduk di kelas 6, mencoba menjadi pengurus yang bertanggung jawab, pembina, dan pengarah dalam suatu organisasi. Itu bagian dari proses yang harus diselesaikan. Maka sekarang kita menuju proses yang penting yaitu amaliah tadris. Praktek amaliah ini adalah praktek yang tidak ada di lembaga milik pemerintah mana pun. Kecuali mereka mahasiswa ilmu pendidikan disana dikenal dengan micro teaching. Maka terjadi sebuah proses yang amat jauh perkembangannya dibanding dengan jenjang di luar. Dimana kalian harus memahami konsep pengajar yang baik yang dikembangkan, di tempuh yang menjadi minat seorang guru. Amaliah ini sangat menyita banyak dan melibatkan banyak orang dalam segala tingkatan di pondok ini. Karena itu melibatkan sekolah dan madrasah. Dalam hal ini pesantren ini berpikir bagaimana amaliah ini dikerjakan sebaik-baiknya. Jangan main-main, jangan menganggap enteng. Ini adalah bagaimana kalian dibekali, diarahkan, dibimbing, untuk menjadi santri yang menjadi isi, karakter, kemampuan, bekal untuk hidup secara mandiri nanti ketika kembali ke masyarakat. Hari adalah hari yang bersejarah, praktikum mengajar menjadi guru. Maka hubungannya adalah bagaimana seharusnya kalian memahami dengan sungguh-sungguh semua yang terkait dengan tarbiyah wa ta’lim khususnya tarbiyah al-amaliah. Dalam praktek yang mendasar dalam amaliayah itu adalah memahami maa huwaa darsu-n-naqd? Hubungannya dengan kesiapan mental untuk mau dikoreksi, mau disalahkan, ada yang mengkritik ada yang mengatakan cara yang kita lakukan itu kurang baik. Ada yang mengatakan sikap kita kurang baik, bahasa kita kurang baik. Kita dapatkan nanti dalam durusu-n-naqd. Maka seorang guru harus mempunyai kesiapan lahir maupun bathin. Lahiriyah kalian tentu harus sehat. Karena dalam praktek mengajar ini kalau diluar sana dilakukan bagi mereka yang hampir lulus sarjana. Bahkan ada guru-guru yang mendapat sertifikat atau kelayakan menjadi guru itu diuji oleh ahlinya. Maka dalam pelajaran ini, ada pelajaran yang mendasar yaitu belajar membikin RPP. Seluruhnya ada persiapan, kita menyiapkan bekal. Maka jangan merasa sudah pintar, ketika membuat I’dad sok tau sok paham. Dan ketika praktek salah semua. Banyak peristiwa besar perkembangan Indonesia, sangat baik menjadi narsumber atau berpidato, kita kenal Ir. Soekarno karena beliau wawasannya luas. Jadi ketika beliau berbicara dapat memukau. Dan KH. Imam Zarkasyi ketika diundang di luar negeri berbicara di depan umum banyak tokoh-tokoh tingkat dunia yang berbicara dalam bahasa arab. Karena persiapan I’dad sempurna maka banyak yang terkagum-kagum dengan beliau. Padahal beliau tidak pernah belajar bahasa Arab cuma di gontor.
Belajar itu dihargai kesungguhannya. Barang siapa bersungguh maka akan ada jalannya. Syukuri, bersyukur. Dengan mengubah tingkah laku menjadi dewasa untuk menjalankan tugas dengan baik. Maka perhatikan I’dadmu jangan main-main dalam pelajaran I’dad. Kalau idad nya tidak sempurna, maka yang lain juga tidak sempurna. Jangan asal-asalan, jangan hanya mengira-ngira dengan melihat catatan yang kamu punya tanpa kamu diskusikan dengan pembimbingmu. Karena sering kali ada kalimat yang sama dengan pernyataan yang berbeda. Maka ketika menerangkan yang dimaksud kadang-kadang tidak sampai. Tidak usah pakai “ayuha” dan “toyyib”. Jangan sampai apa yang kalian terangkan membuat mereka bingung. Jadi idad dibuat aslinya buatan kalian. Kelemahan kalian itu ada yang mencontek punya temannya. Kalau kalian ingin mendapat pelajaran yang berharga buatlah idad yang asli buatan kalian sendiri, bahasa asli kalian sendiri. Jangan biasakan menyontek. Nanti setelah kalian buat idad harus dikoreksi dan ditandatangani pembimbing. Karena waktu membuat idad itu terbatas dan agar mempunyai waktu untuk berlatih. Jangan terjebak dengan keyakinan diri, yang kalian lihat dari buku. Karena banyak orang tidak sukses karena terbelenggu dengan buku. Attoriqoh ahammu minal maddah. Kalian nanti akan mendapat bagian masing-masing dalam mengajar. Kalau dikoreksi nanti, jangan marah. Pada yang paling mendasar adalah ikhlas, siap dikoreksi. Kalau mengoreksi harus objektif, jangan berdasar kebencian. Ada kaidahnya dan metodologi yang sudah dijadikan pemahaman. Jangan caper ketika naqd. Jangan banyak gerak, diam saja di tempat. Nanti ketika naqd bakal ada kelompok. Dan masing-masing harus menulis naqd. Tapi tidak boleh bisik-bisik. Jadi artinya satu sama lain harus saling mendukung. Didasarkan pada kritik yang membangun. Al-hadmu huwa-l-bina’. Bukan saling menjatuhkan. Naqd harus dilakukan dengan kesopanan.
Kuasai sifat mudarris. Seperti pelajaran Muthola‘ah yang menuntut suara kita harys lantang dan fasih dalam berbicara. Guru juga tidak boleh salah. Karena salah sedikit masuk dalam maddah.

You May Also Like

Taharrak Fa-Inna Fil Harakati Barakah

 AYO OLAHRAGA………….   Taharrak Fa-Inna Fil Harakati Barakah (Bergeraklah, karena setiap gerakan…