Kamis, 9 Dzulhijjah 1446 / 6 Juni 2025 | 20.00 – 22.00

Haflah Tasyakur Sebagai Tradisi Pondok Modern Al-Barokah
Sebagai bentuk syukur atas selesainya Ujian Akhir Tahun 2025, Pondok Modern Al-Barokah Nganjuk menggelar Haflah Tasyakur yang istimewa, Kamis malam (6 Juni 2025). Acara semakin bermakna dengan kehadiran ulama dari Sudan, Syaikh Awad Karim Al-Aqly, yang akan memberikan nasihat kepada seluruh santri dan guru.
Pimpinan Pondok, Kiai Muhammad Rizqy Nawwari membuka acara dengan sambutannya. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa Haflah Tassyakur ini merupakan ungkapan syukur atas selesainya ujian yang mencerminkan perjuangan dan jihad santri dalam memuntut ilmu.
Dalam kesempatan ini, Kiai Rizqy langsung meminta nasihat dan doa dari Syaikh untuk seluruh pelajar dan pengajar agar seluruh pelajar dan pengajar tetap istiqamah dalam berjuang fī sabīlillāh.. Beliau juga menyampaikan harapan agar kunjungan ini bukanlah akhir, melainkan awal dari kunjungan-kunjungan berikutnya.
Pesan Inspiratif dari Syaikh Awad Al-Karim Al-Aqly
Syaikh Awad Al-Karim Al-Aqly membuka dengan mengutip surah Al-Alaq ayat 1-5, menegaskan bahwa wahyu pertama dari Allah adalah perintah untuk membaca. Beliau juga mengutip hadist Nabi Muhammad SAW:
“Thholabul ‘ilmi faridhotun ‘ala kulli muslimin wa muslimatin” (Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laiki dan perempuan).
Syaikh Awad menyampaikan bahwa ilmu adalah nikmat terbesar dari Allah kepada manusia. Dengan ilmu, manusia diberi derajat lebih tinggi dari makhluk lain.
Tiga Sikap Thalibul Ilmi Menurut Syaikh Awad

Ilmu bukan sekadar pengetahuan, tetapi harus diamalkan. Seorang penuntut ilmu yang tidak mengamalkan ilmunya, hanya seperti unta yang memikul buku tanpa manfaat. Bahkan, ada orang yang mengajar namun tak mengambil manfaat dari ilmunya, seperti bejana yang menampung air tapi tak bisa menikmati kesegarannya. Karena itu, seorang tholibul ilmi wajib memiliki tiga sikap utama:
- Mencari ilmu
- Mengamalkan ilmu, dan
- Mengajarkan ilmu.
Syaikh Awad juga menyebutkan, ada tiga Langkah agar ilmu bisa melekat:
- Sebelum masuk kelas, baca dan pahami pelajaran terlebih dahulu.
- Saat dikelas, cocokkan pemahaman pribadi dengan penjelasan dari guru.
- Setelah kelas, lakukan murojaah secara konsisten.
Syaikh Awad mengingatkan para santri bahwa ujian adalah sarana untuk mengevaluasi diri, bukan beban. Melalui ujian, santri dapat mengetahui bagian pelajaran yang belum mereka kuasai dan segera memperbaikinya di masa depan. Sejalan dengan kisah ulama besar, Syaikh Abdul Qasim Al-Baghdadi, yang ketika mendengar orang menggunjingnya, bukannya marah, justru beliau membalas dengan memberikan manisan ucapan terima kasih telah mengingatkannya. Sebagaimana fungsi dari ujian itu juga bisa membantu seseorang mengetahui kekurangan dan bisa memperbaikinya.
Syaikh Awad mengajak para santri untuk bersyukur karena Allah telah memberi mereka kesempatan belajar di pondok yang penuh berkah ini—sebuah nikmat yang tidak semua orang miliki. Meskipun ujian melelahkan, dari situ santri bisa melakukan introspeksi, apa saja yang kurang, bagian mana yang salah, lalu memperbaikinya ke depan.
Sesi Tanya Jawab: Santri Bertanya, Ulama Menjawab

Untuk memperdalam pemahaman materi, Syaikh Awad membuka sesi tanya jawab dan langsung menjawab setiap pertanyaan yang dari para santri. Dalam sesi ini, para santri mengajukan beberapa pertanyaan penting seputar ilmu dan amal.
Pertanyaan (1):
Apa wasilah yang memudahkan tholabul ilmi?
Jawaban
Seorang penuntut ilmu harus bertaqwa kepada Allah dan rajin mengulang pelajaran. Sesuai firman Allah dalam Surah Al-Baqarah 282, wattaqullāh, wa yu’allimukumullāh (Dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu)
Pertanyaan (2):
Apa tanda ilmu yang tidak bermanfaat?
Jawaban
Ilmu yang tidak membawa manfaat bagi pemilik maupun orang sekitarnya, bahkan bisa menjadi sebab kehancuran di dunia dan akhirat.
Pertanyaan (3):
Bagaimana cara agar tidak terjebak dalam maksiat?
Jawaban
Pertama, niat dan tekad kuat untuk meninggalkan maksiat. Kedua, mengganti lingkungan yang buruk dengan lingkungan yang baik. Santri perlu terus bersandar kepada Allah sepenuhnya dan terus berdoa agar dijauhkan dari maksiat.
Kebahagiaan itu bertambah, ketika Syaikh Awad Karim Al-Aqli mengijzahkan sanadnya atas kitab-kitab yang santri dan guru pelajari dalam kurikulum di Pondok ini. Sebagai penutup mendo’akan para santri dan pengasuh semoga senantiasa mendapat taufiq dan hidayah dari Allah. Para santri dapat menjadikan hasil ujian sebagai bekal awal dalam menapaki tangga kesuksesan, menuju derajat keilmuan yang luhur sebagaimana para ulama.

Berita: Maharani Kusuma Wardani