Khutbah Ied Adha 1443
Pondok Modern Al-Barokah
Oleh : Muhammad Rizqy Nawwari, S.Ag
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Pagi hari ini kita semua berbahagia, dengan datangnya hari raya kurban, idul adha. Takbir dan tahmid dikumandangkan diseluruh penjuru dunia. Hari raya dalam Islam memang diperingati dengan cara yang berbeda, bukan dengan pesta pora, bernyanyi sepanjang hari atau dengan cara yang lain, akan tatapi dengan shalat, takbir dan tahmid. Hari raya dinamakan ‘Ied karena setiap tahun datang kembali kepada kita (ya’udu ilaina). Hari raya selalu membangkitkan memori dan emosi kita kepada hal-hal yang mempunyai kenangan istimewa dalam diri kita; anak-anak akan mengingat orang tua mereka, orang tua mengingat putra-putri mereka, yang merantau mengingat kampung halamannya, yang masih hidup mengenang mereka yang sudah mendahului kita dan seterusnya. Dan kita semua in shaa Allah ikut merasakan semua itu, namun kita tetap memakmurkan hari Raya ini dengan kegembiraan yang syar’I, dengan takbir, shalat ‘ied, mendengarkan khutbah, menyembelih binatang qurban, berbagi dengan sesama dan berbagai kegiatan pendidikan lainnya di dalam Pondok. Allahu akbar wa lillahil hamd.
Hari raya dalam Islam senantiasa berkaitan dengan ibadah-ibadah besar dan istimewa, dan hari Iedul Adha berkaitan dengan ibadah haji, wukuf di Arafah, penyembelihan binatang qurban dan lain-lainnya.
Hari raya dalam Islam juga mempunyai multi dimensi;
- yang pertama dimensi Rabbaniyah, karena kita disyari’atkan untuk membaca takbir, tasbih, tahmid dan tahlil – mengagungkan asma Allah, menunaikan shalat ‘ied dua rakaat dan mendengarkan khutbah hingga menyembelih ternak karena Allah.
- Yang kedua dimensi nafsiyah, karena dengan ibadah qurban ini kita mentazkiyah diri kita, membersihkan sifat2 tercela dalam diri kita seperti ketamakan pada dunia, kebakhilan, egoisme dll.
- Dan yang ketiga adalah dimensi insaniyah – ijtima’iyah (kemanusiaan – sosial) karena kita dianjurkan untuk membagikan daging binatang qurban kepada sanak kerabat, tetangga dan masyarakat luas, khususnya mereka yang hidup sengsara dan kekurangan.
اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكبَر وللهِ الحَمدُ
Jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah
Qurban dari kata-kata “qarraba” secara bahasa bermakna mendekat. Qurban dalam definisi syariat adalah menyembelih binatang tertentu (unta, sapi atau kambing) dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah pada waktu yang tertentu (yakni tanggal 10 Dzul Hijjah sampai sore hari tanggal 13 Dzul Hijjah). Ibadah Qurban ini disyaratkan pada tahun kedua Hijrah bersamaan dengan disyariatkannya ibadah zakat dan shalat hari raya. Dan Rasulullah sendiri melakukan ibadah qurban sebagai teladan bagi kita semua.
‘Iedul Adha atau ‘Iedul Qurban sarat dengan nilai-nilai kehidupan, perjuangan dan pendidikan bagi umat Islam, dan khususnya bagi kita di Pondok, marilah kita jadikan ‘Iedul Adha kali ini sebagai momentum untuk meneguhkan nilai-nilai pendidikan Pesantren.
- Ibadah qurban membawa kita untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, menjadi manusia-manusia muqarrabin.
- Al-Muqarrabun adalah orang-orang istimewa yang menempati kedudukan tertinggi di surga, mereka terdiri dari para nabi, shiddiqun, syuhada’ dan shalihun. Karakter utama mereka adalah istiqamah dalam agama Allah, selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan kewajiban-kewajiban dan amalan-amalan sunnah, selalu menjauhi apa-apa yang dilarang oleh Allah SWT. bahkan beberapa hal yang mubah karena memilih keutamaan. Allah berfirman dalam surah al-Waqi’ah:
أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ
- Al-Muqarrabun adalah mereka yang selalu memberikan yang terbaik, mempunyai target pencapaian tinggi, tidak rela dengan hal-hal yang biasa-biasa saja, apalagi yang bersifat rendahan dan sampah.
orang-orang yang muqarrabin mempunyai standar maksimal, perfek dan sempurna. Ibarat taqdir annajah (tingkatan kenaikan), bagi orang-orang muqarrabin, sekedar makbul atau jayyid, dianggap sebuah kegagalan, karena dalam kamus prestasi mereka yang ada hanya mumtaz, summa com laude, syaraf ula.
اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكبَر وللهِ الحَمدُ
Jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah
- Inilah nilai pendidikan dan kehidupan yang selalu ditanamkan Pondok kepada kita. Kita dididik di Al Barokah bukan untuk menjadi orang yang biasa-biasa saja, sekedarnya. Kita harus bisa menjadi orang baik dan memperbaiki (shalihun dan mushlihun), menjadi pendidik masyarakat, menjadi ulama yang intelek, pejuang yang ikhlas, pemimpin yang sederhana, pribadi yang mandiri, perekat umat dan penggerak masyarakat, menjadi mundzirul qaum, menjadi syuhada’ ‘alannas. Sekarang masih menjadi muta’allim (pelajar), nanti akan menjadi mu’allim dan murabbi (pengajar dan pendidik), kemudian menjadi mufakkir (pemikir dan konseptor), sekaligus sebagai muharrik (penggerak) dan mujahid (pejuang).
Allahu akbar walillahil hamd.
- Dengan demikian, orang-orang yang muqarrabin mempunyai standar prestasi yang tinggi. Yang dalam bahasa agama disebut ihsan, itqan atau diqqah. Inilah yang menjadi etos kerja Pesantren Modern.
إن الله يحب إذا عمل أحدكم عملا أن يتقنه (رواه أبو يعلى والطبراني)
Karena kita sadar bahwa hidup ini sebagai wahana ujian siapa diantara kita yang terbaik amalnya “liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala”. (al-Mulk:2) Maka Pondok selalu mendorong kita untuk bekerja dan berbuat lebih baik dari orang lain “I’malu fauqa ma ‘amilu. Bahkan seandainya kita sudah mampu menggapai prestasi tinggi, hendaknya kita tidak cepat berpuas diri, istighna’ merasa sudah cukup dan hebat, justru kita harus terus meningkatkan, meskipun sudah menjadi yang terbaik (dalam levelnya) masih bisa ditingkatkan lagi, wa fauqa kulli dzi ‘ilmin alim (Yusuf: 76).
Inilah nilai-nilai spirit pesantren, agar kita selalu berusaha meningkatkan diri, memperbaiki diri dan prestasi, agar hari ini lebih baik dari kemaren dan hari esok lebih baik dari hari ini (liyakuna yaumuna khairan min amsina, wa ghaduna khairan min yaumina hadza).
اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكبَر وللهِ الحَمدُ
Jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah
- Nilai Pengorbanan
‘Iedul Adha juga mengandung banyak nilai-nilai pengorbanan: seperti pengorbanan Nabi Ibrahim AS ketika dikaruniai putra yang bernama Ismail AS di usia tua beliau, kemudian Nabi Ibrahim AS melihat dalam mimpinya bahwa beliau menyembelih putra kesayangan dan satu-satunya ketika itu, setelah menjadi permata hati dan harapan pelanjut perjuangannya di masa depan. Allah berfirman:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”
Dan jawaban dari putranya yang sabar dan tabah tidak kalah hebat dari ayahnya:
يا أبت افعل ما تؤمر ستجدني إن شاء الله من الصابرين
“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS. Asshaffat: 102)
Maka Allah menganugerahi kepada mereka berbagai macam karunia dan kenikmatan setelah mereka berdua menunjukkan kesabaran, kepasrahan dan ketaatan total kepada perintah Allah. Ismail ditebus dengan kibasy yang besar, Nabi Ibrahim dikaruniai putra kedua bernama Ishaq, keberkahan dalam dzurriyahnya, sehingga banyak yang menjadi nabi, dijadikan kekasih Allah (khalilurrahman), serta pemimpin bagi umat manusia.
Nilai-nilai pengorbanan dan tabah dalam ujian inilah yang dididikkan Pondok ini kepada kita semua. Sebagai institusi (lembaga) Al Barokah berkali-kali mendapatkan MIHNAH (ujian) dari Allah dan Alhamdulillah, bi’aunillah ujian-ujian tersebut bisa dilalui dengan baik, sehingga Allah mengaruniai MINHAH (pemberian) berupa kemajuan dan perkembangan bagi Al Barokah. Pada tahun 1993 Pondok Modern Al Barokah berdiri, mulai dirintis, dengan segelintir santri. Memulai dengan sistem yang dibawa dari Gontor, Kulliyyatul Mu’allimin Islamiyyah. Pondok ini terus maju, bergerak, meski banyak ombak ombak yang menerpa. Pengorbanan juga dengan bentuk wakaf, wakafnya kiai Bondo, Bahu, Pikir, lek Perlu Sak Nyawane Pisan semua untuk kemajuan dan hidupnya pondok. Petuah trimurti gontor yang bernilaikan pengorbanan, layaknya ibrahim yang mengikhlaskan anak kesayangannya. Apapun yang dimiliki diberikan Lillahi Ta’ala. Ujian silih berganti terus bergulir, Alhamdulillah Pondok tetap konsisten meneruskan perjuangan yang penuh pengorbanan ini, meningkatkan kualitasnya. Hingga datanglah santri-santri dari penjuru negri, sabang hingga merauke.
اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ، اللهُ اَكبَر وللهِ الحَمدُ
Jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah
- Kedermawanan dan keikhlasan
- Ibadah qurban juga mengajarkan kepada kita untuk mempunyai sifat dermawan, suka memberi. Qurban sebagai wujud solidaritas sosial dengan berbagi daging kepada al baisun dan fuqara’
Inilah nilai kehidupan yang diajarkan di Pondok ini, di Al Barokah yang ada hanya to give, to give and to give, we will gain, (memberi, memberi dan memberi, niscaya kita akan mendapatkan), tidak ada take and give (mengambil dan memberi) karena itu transaksional, sedang di Pondok yang adalah ibadah, mencari ridha Allah, mengharapkan keberkahan hidup, menantikan ajr (pahala) di akhirat, bukan ujrah (upah) di dunia.
- Dalam hidup dan berkhidmah jangan setengah-setengah atau asal-asalan, apalagi terpaksa. Berkhidmah harus ikhlas lillah, karena amal yang tidak dilandasi keikhlasan akan sia-sia. Dalam kisah dua anak Adam AS : Qabil dan Habil yang mempersembahkan qurban, Allah menerima Kurban Habil kerena keikhlasannya, dengan bukti pemberian kurbannya yang terbaik yang dimilikinya, berbeda dengan Qabil, yang memberikan sisa dan jelek, busuk, bahkan dirinya sendiri enggan memakannya. Karena ia tidak Iklash, terpaksa, berat hati. Rahasianya adalah ”Innama yataqabbalullahu minal muttaqin” (sesungguhnya yang diterima Allah adalah qurban dari orang-orang yang bertakwa), artinya yang ikhlas. Sebagaimana dijelaskan dalam surah al-Hajj: 37, bahwa yang sampai kepada Allah bukanlah daging atau darah binatang sembelihan, tetapi ketakwaan dari kita semua. Keikhlasan inilah yang menjadi landasan sekaligus menjiwai semua aktivitas kita di Pondok, mulai dari santri belajar dan beraktivitas, pengurus mengatur kegiatan, disiplin dan melayani anggotanya, para pekerja pondok membantu Pondok, para guru mendidik dan mengajar, hingga Bapak Pimpinan, semuanya bekerja lillah. Tarahum rukkaan sujjadan yabtaghuna fadhlam minallahi wa ridhwana (mereka berukuk dan sujud, beraktivitas dan bekerja, beribadah dan beramal shaleh bersama-sama, dengan mengharapkan karunia Allah serta keridhaan-Nya).
Semoga Idul Adha menjadi momentum untuk meneguhkan nilai-nilai pendidikan dan perjuangan Pesantren.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُؤْمِنِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم.