Pesan Kiai Hasan Abdullah Sahal*
Jangan yang kami hormati, tapi yang terhormat. Jadilah orang yang terhormat, jangan hanya sekedar dihormati. Orang dihormati belum tentu terhormat, koruptor juga banyak yang menghormati tapi kelakuannya tidak terhormat.
Saya tidak punya HP, tidak punya FB, WA, dll. Karena saya mau menjadi Kiai santri, bukan Kiai WA, FB dll. Dari santri untuk santri, saya ingin mengabdikan diri saya untuk santri.
Karena Kiai santri hanya dikontrol oleh Allah SWT. Bukan politik, bukan pedagang bukan apapun.
Semuanya pinjaman, hartamu pinjaman, nyawamu juga pinjaman. Kedudukanmu juga pinjaman. Maka jangan petantang petenteng. Jangan sombong. Karena semua pinjaman itu harus dikembalikan.
Supaya ada terus jiwa dan ruh pondok, kita harus menjaga dan dakwahkan kepada yg lain. Pondok sampai sekarang berdiri karena terus hidup dengan jiwa-jiwa pondok.
Balil insanu ala nafsihi bashiroh, walau alqo ma’adziroh.. jangan banyak alasan. Jika banyak kekurangan ya diterima, diperbaiki. Jangan alasan.
Sekarang ini jaman serba darurat. Darurat korupsi, darurat kejahatan, darurat egoisme, darurat materialisme, darurat malu, orang tidak memakai baju tidak malu, malah yang melihat justru yang disalahkan diolok-olok. Sebab musabab sudah tidak berlaku lagi.
Jangan punya sifat sayyidina wa maulana al imam al-jaiby, al-imam al-amplopy. Semuanya uang. Dapat proyek jembatan dibuat agar cepat ambruk, biar bisa diperbaiki, dapat proyek lagi. Itu namanya pemuja sayidina wa maulana al imam al-jaiby.
Masuk Gontor harus berputus asa, berputus asa untuk mempengaruhi Gontor. Gontor tidak bisa dibeli. Keterbukaan yes, intervensi no.
Penyakit orang menuntut ilmu itu adalah takabbur. Saya kan bisa.., saya kan pinter.. naudzubillah obatnya adalah tawadhu.. Derajat tertinggi seorang ulama itu adalah ketika dia mengetahui dirinya tidak tau dan berani mengatakan tidak tau.
Sekretariat gunakan sewajarnya, untuk kegiatan. Tetap bergaul dengan orang banyak, orang Mesir, orang Sudan, orang Aljazair dll. Jangan sampai ada sekretariat malah bahasa jawa kalian lebih fasih daripada bahasa arab. Banyak anak dari tokoh-tokoh dari negara-negara lain yang menuntut ilmu di al-azhar, cari dan bergaulah.
Kamu harus punya keunggulan, bukan hanya satu, cari dan pelajari. Jangan sampai jika kamu disingkirkan di satu keunggulanmu, kemudian tidak ada keunggulan lain lagi. Harus belajar apapun yg baik. Tapi ingat, bukan untuk diunggul-unggulkan.
Ulama dan tokoh2 kita banyak yg mengidap penyakit “la yadri annahu la yadri“. Naudzubillahinmin dzalik.
*Disampaikan dalam acara Peresmian Rumah IKPM Cairo – Cairo, 28 Februari 2018